LANGUAGE

MAU SUKSES BELAJAR , YA BELAJAR!! JANGAN LUPA SHOLAT

Bonus Anda

Selasa, 27 April 2010

Lat soal

1. Sebutkan beberapa factor yang mempengaruhi lingkungan hidup !
2. Apakah akibat dari penggundulan hutan ?
3. Apakah fungsi ozon terhadap kehidupan manusia ?
4. Mengapa kita tidak boleh menggunakan gas Freon dalam peralatan rumah tangga ?
5. Sebutkan beberapa penyebab pencemaran lingkungan sekitar kita !
6. Sebutkan aspek-aspek pembangunan lingkungan hidup!
7. Jelaskan yang dimaksud dengan pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan!
8. Sebutkan persoalan utama yang dihadapi dalam pengelolaan lingkungan hidup!
9. Sebutkan bentuk keruskan hutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia
10. Sebutkan kelompok masyarakat yang mudah menerima arus globalisasi!
(jawaban boleh dikirim lewat email : Triyono66@gmail.com

Selasa, 06 April 2010

Lava koheren

Lava koheren
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Artikel atau bagian ini memiliki beberapa masalah. Bantulah kami memperbaiki artikel ini atau mendiskusikannya di halaman pembicaraan.

* Artikel ini perlu dikategorikan.

Lava koheren dapat terbentuk sebagai akibat pergerakan magma ke luar ke permukaan bumi. Dalam pergerakan tersebut magma dapat benar-benar keluar ke permukaan bumi secara meleleh (effusive eruptions), atau membeku di dekat permukaan, atau sebagian membeku di bawah dan sebagian lagi membeku di permukaan bumi. Magma yang membeku di dekat permukaan dikenal sebagai batuan beku intrusi dangkal. Padanan kata batuan beku intrusi dangkal ini banyak sekali, antara lain batuan intrusi sub-gunungapi, batuan semi gunungapi, subvolcanic intrusions, high level intrusives, shallow intrusions, low level intrusions, syn-volcanic intrusions, dll.

Mengenai kedangkalan dari pembekuan magma ini belum ada angka kedalaman yang pasti, tetapi diperkirakan tidak lebih dari 10 km di bawah kawah/kaldera gunungapi. Sebagai contoh kedalaman dapur magma dangkal G. Merapi hanya 1 km di bawah puncak sedangkan dapur magma dalam berkisar antara 3 - 4 km di bawah puncak. Siebett (1988) menuturkan bahwa tubuh intrusi di bawah gunungapi komposit dan berasosiasi dengan lapangan panas bumi mempunyai kedalaman 8 - 9 km. Pembekuan magma di dekat permukaan ini dimungkinkan karena pertama, magma sudah membeku terlebih dahulu sebelum pergerakannya mencapai ke permukaan bumi. Kedua, tidak semua magma keluar ke permukaan bumi sewaktu gunungapi bererupsi atau meletus, tetapi juga tidak kembali ke dapurnya jauh di dalam bumi setelah erupsi gunungapi berhenti. Sebagian magma itu tersisa dan membeku di sepanjang perjalanan dari dapur magma ke permukaan bumi yang dalam hal ini adalah kawah/kaldera gunungapi. Kelompok batuan sub-gunungapi ini antara lain membentuk retas (dikes), sill atau kubah lava bawah permukaan (cryptodomes). Magma yang membeku di pipa kepundan sehingga bagian atasnya menyembul ke permukaan sedang bagian bawahnya berada di bawah permukaan disebut leher gunungapi (volcanic necks) atau sumbat lava (lava plugs).

Pada literatur lama berbahasa Indonesia retas ini disebut batuan gang dan leher gunungapi disebut batuan korok. Seluruh batuan beku intrusi dangkal disebut sebagai hypabyssal rocks. Batuan terobosan dangkal ini tersingkap di dalam atau pada dinding kawah/kaldera gunungapi atau pada daerah batuan gunungapi yang sudah tererosi cukup lanjut.

Berhubung sebagai batuan beku terobosan (sekalipun dangkal), maka ciri-ciri litologi yang sangat penting adalah bagaimana bentuk geometrinya, bagaimana kenampakan kontaknya dengan batuan samping atau yang diterobos, bagaimana warna, tekstur, struktur dan komposisi, serta ciri-ciri rinci khusus atau penunjang lainnya. Bentuk geometri mungkin dapat diamati berdasar penginderaan jauh dan peta rupa bumi, tetapi kenampakan kontak dengan batuan samping mutlak harus ditunjukkan berdasar data singkapan langsung di lapangan yang secara lebih rinci dapat dibantu dengan analisis secara mikroskopik dan bila perlu secara kimia. Secara deskripsi di bawah ini dijelaskan beberapa bentuk tubuh intrusi dangkal sebagai bagian dari lava koheren batuan gunungapi.

Retas dicirikan, antara lain:

1. Bentuk terobosan berupa bidang memanjang (tabular in shape) serta memotong perlapisan batuan yang diterobosnya.
2. Efek kontak di kedua sisi retas terhadap batuan yang diterobos mungkin mengalami efek bakar, atau bagian tepi retas yang mengalami oksidasi, keduanya umumnya berwarna merah coklat atau merah bata, sangat tergantung tingginya temperatur magma saat menerobos, jenis batuan yang diterobos dan oksigen yang dikandungnya.
3. Dari bagian tengah menuju ke tepi retas secara berangsur semakin bertekstur gelas. Hal ini akan semakin nyata pada tubuh retas yang cukup tebal. Pada kontak dapat pula terbentuk breksi sebagai akibat pendinginan sangat cepat sehingga menimbulkan perekahan yang kemudian terisi oleh cairan magma dari bagian tengah retas, atau masuknya batuan samping ke dalam cairan magma retas.
4. Terdapat struktur paralel secara vertikal di bagian tepi tubuh retas sebagai akibat segregasi dan tingkat kristalisasi yang berbeda selama pendinginan, di mana bagian tepi/luar lebih cepat mendingin daripada bagian dalam. Struktur kekar yang memotong tegak lurus retas biasanya juga dapat dijumpai. Bila magma mengandung banyak gas, atau menerobos batuan karbonat, mungkin terbentuk struktur lubang berbentuk elip yang menunjukkan aliran ke atas. Struktur aliran dapat pula ditunjukkan oleh penjajaran feokris atau bentuk struktur aliran lainnya.
5. Komposisi retas bagian tengah lebih banyak kristal, sedang ke arah tepi semakin banyak gelas gunungapi. Alterasi dan mineralisasi mungkin dapat terjadi di bagian tepi dari retas tersebut.

Sill atau kubah lava bawah permukaan dicirikan antara lain oleh:

1. Bentuk terobosan pipih atau cembung menyisip secara selaras (concordant) di antara perlapisan batuan. Bentuk itu sangat tergantung kemampuan magma mendesak perlapisan batuan di sekitarnya. Apabila berbentuk cembung mengakibatkan perlapisan batuan di atasnya terlipat ke atas seperti struktur antiklin. Jika hal ini terjadi sangat dekat dengan permukaan dan di lereng kerucut gunungapi maka bagian itu akan mengalami penggembungan (bulging). Namun dalam beberapa hal bentuk intrusi dangkal ini bisa saja tidak beraturan.
2. Efek kontak mirip seperti yang terjadi pada retas, hanya letaknya ada di bawah atau di atas tubuh sill.
3. Semakin ke bagian tepi tubuh sill semakin bertekstur halus atau gelas dan di beberapa bagian membentuk breksi (autoklastika).
4. Struktur segregasi berbentuk konsentris atau kelopak atau struktur kulit bawang. Struktur rekahan mungkin dijumpai di bagian permukaan dengan pola radier.
5. Tingkat kristalinitas semakin tinggi menuju ke bagian tengah tubuh sill. Dengan kata lain komposisi gelas semakin banyak menuju ke tepi tubuh sill.

Leher gunungapi dan sumbat lava dicirikan antara lain oleh:

1. Bentuk terobosan seperti pipa, kedudukan memotong (discordant) bidang perlapisan batuan di sekelilingnya.
2. Efek kontak terhadap batuan di sekitarnya terjadi di sekeliling tubuh terobosan.
3. Ke arah bagian tepi tubuh semakin bertekstur gelas atau membentuk breksi (autoklastika).
4. Struktur segregasi berarah paralel vertikal pada pandangan dari samping, tetapi menjadi konsentris pada pandangan dari atas. Struktur lubang dijumpai, terutama di bagian atas tubuh intrusi.
5. Secara umum, komposisi banyak tersusun oleh gelas karena ukurannya yang relatif kecil.
6. Berhubung terjadi dekat di bawah atau bahkan di dalam kawah gunungapi, biasanya batuan di sekitarnya sudah mengalami alterasi hidrotermal.

Bentuk-bentuk lava koheren yang benar-benar keluar ke permukaan bumi dapat berupa kubah lava (lava domes) atau aliran lava (lava flows). Kubah lava terbentuk bila lava relatif kental sehingga begitu keluar ke permukaan segera membeku dan menumpuk langsung di atas lubang kepundan membentuk kubah. Kubah lava ini ke bawahnya dapat berhubungan dengan leher gunungapi atau retas. Perbedaan antara sumbat lava dengan kubah lava hanya pada bentuk, yang pertama berbentuk sumbat sedang yang kedua berbentuk kubah. Ukuran sumbat selalu lebih kecil dari kubah lava.

Ciri-ciri kubah lava antara lain:

1. Bentuk ideal seperti kubah (setengah bola membundar ke atas), walaupun kenyataannya dapat tidak teratur, tetapi yang penting menumpuk di dalam kawah gunungapi.
2. Efek kontak hanya terjadi dengan batuan yang ditindih (di bawahnya) yang biasanya sudah teralterasi karena berada di dalam kawah/kaldera gunungapi.
3. Tekstur batuan semakin kristalin ke bagian tengah tubuh kubah. Pada bagian permukaan, tepi dan dasar kubah dapat terjadi breksiasi karena pendinginan yang sangat cepat (breksi autoklastika).
4. Pada bagian permukaan kubah dijumpai struktur lubang dan rekahan yang berpola radier menjauhi pusat kubah. Pada bagian tengah kubah terbentuk aliran dan struktur kelopak (kulit bawang).
5. Bila belum tererosi, pada permukaan kubah yang terbentuk di dasar laut (dalam) terbentuk kerak kaca (glassy crust) dan atau hyaloclastite.

Hyaloclastite berasal dari kata ‘hyaline’ (gelas) dan ‘clast’ (butiran/fragmen). Mengacu pendapat McPhie dkk. (1993), hyaloclastite (hialoklastit ?) berarti mempunyai pengertian: Clastic aggregates formed by non-explosive fracturing and disintegration of quenched lavas and intrusions that are extruded under (sea) water (bahan klastika yang terbentuk oleh disintegrasi dan perekahan non letusan karena pendinginan yang sangat cepat pada lava dan intrusi di dasar air (laut). Istilah ini digunakan baik untuk bahan yang masih lepas-lepas maupun sudah membatu. Dengan demikian hyaloclastite adalah batuan klastika gunungapi yang seluruh komponen penyusunnya terdiri dari butiran gelas. Secara genesa hyaloclastite terbentuk sebagai hasil erupsi gunungapi lelehan (non eksplosif) di dalam air (laut dalam), akibatnya terjadi pendinginan yang sangat cepat dan fragmentasi sehingga mineral tidak sempat mengkristal. Secara tekstur hyaloclastites dapat berupa breksi gunungapi atau batupasir gunungapi berkomposisi gelas.

Aliran lava mempunyai tipe beragam, yakni aliran lava bongkah (blocky lava flows), aliran lava aa’, aliran lava pahoe-hoe dan aliran lava bantal. Aliran lava bongkah adalah yang paling umum di Indonesia dimana lavanya relatif kental berkomposisi basa, menengah sampai asam. Aliran lava aa’ dan pahoe-hoe khas terdapat di Hawaii dimana selalu berkomposisi basal dan encer. Aliran lava bantal mencirikan aliran lava yang terbentuk di lingkungan air (laut dalam) dan es, umumnya berkomposisi basal.

Aliran lava bongkah dicirikan antara lain oleh:

1. Berbentuk bahan aliran, memanjang atau seperti kipas, tergantung bentuk bentang alam awal yang dilaluinya. Bentuk memanjang sempit biasanya terjadi bila lava mengalir di lembah sungai, sedang bentuk kipas bila melalui bentang alam relatif datar. Dari bentuk geometri ini sering juga nampak struktur aliran.
2. Efek kontak hanya terjadi pada batuan yang ditindihnya, dapat berupa efek bakar atau oksidasi.
3. Tekstur permukaan sangat kasar, berbongkah-bongkah dengan diameter mencapai 3 – 5 m, ke bawah membreksi sedang di bagian tengah tubuh lava berupa batuan beku masif. Mendekati dasar aliran batuan beku ini kembali membreksi dan berbongkah namun ukurannya lebih kecil dari yang ada di permukaan.
4. Bagian atas membentuk struktur berlubang, semakin encer dan basa bentuk lubang menyerupai elip yang berguna untuk menunjukkan arah aliran. Apabila aliran lava cukup tebal, di bagian tengah dapat terbentuk kekar kolom, sedang di bagian bawah membentuk kekar lembar. Pada batuan gunungapi tua dimana bagian permukaan aliran lava sudah mengalami erosi, maka identifikasi efek kontak, tekstur dan struktur di bagian bawah menjadi sangat penting.

Aliran lava bantal dicirikan antara lain oleh:

1. Bentuk memanjang agak membulat, seperti bantal guling atau sosis, sekaligus menunjukkan struktur aliran.
2. Di bagian permukaan tubuh aliran terdapat kulit kaca (glassy skin), sedang ke arah tengah semakin banyak kristal, atau paling tidak bertekstur afanit.
3. Struktur rekahan dan aliran (ropy wrinkle) terdapat dipermukaan, sedang dari penampang terlihat struktur konsentris dan rekahan radier.
4. Batuan umumnya berkomposisi basal, mungkin berasosiasi dengan hyaloclastites.

Bromo Caldera, East Java, Indonesia